Sabtu, 14 April 2012

Lilyana, Satu dari mereka !

Mimpi ? Impian ?Aku yakin, semua orang punya mimpi dan impian. Tapi, tidak semuanya punya mimpi yang sama. Masing-masing telah memilih mimpi masing-masing. Mimpi yang di yakini akan menjadi kenyataan di kehidupan yang nyata. Bukan lagi mimpi yang nyata jika tak ada langkah untuk menggapainya. Bukan juga mimpi yang spesial jika tak ada tokoh inspirasi di dalamnya…Aku bermimpi menjadi seperti dia dengan jalanku sendiri. Dia, tokoh yang menginspirasiku. Yang memberiku alasan mempertahankan mimpi-mimpiku.  Lilyana Natsir. Satu diantara mereka yang menginspirasiku.  Seorang atlet bulutangkis perempuan yang namanya mendunia. Lebih sering di panggil ‘Butet’. Sosok yang baru saja menyelamatkan nama Indonesia yang hampir tenggelam 9 tahun ini,  berhasil menyabet gelar juara All England 2012 bersama Tontowi Ahmad. Sungguh prestasi yang gemilang. Mengharumkan nama bangsa di kancah Internasional..


“Di usia 12 dia meninggalkan rumah sebagai pemula. Di usia 21 dia kembali ke rumah sebagai jutawan. Di usia 12 dia memutuskan meninggalkan sekolah. Di usia 21 dia salah satu pemain bulu tangkis terbaik Indonesia–ganda campuran”


-Natsir-





Manado 9-9-1985. Ia terlahir dari pasangan Beno Natsir dan Olly Maramis. Perjuangannya menjadi primadona bulutangkis memang tak mudah. Berawal dari halaman rumahnya di Menado, Sulawesi Utara, Butet mulai berkenalan bulutangkis. Dia memang tumbuh dalam keluarga yang mencintai bulutangkis. Sejak Sekolah Dasar  ia bergabung di Club Pisok di Manado. Ia tetap sekolah meski harus berlatih bulutangkis. Tapi itu tidak bertahan lama. Orang tuanya memberi pilihan “Bulutangkis” atau “sekolah”. Dengan langkah mantap, ia memilih berhenti sekolah dan memilih melanjutkan mimpinya menjadi pemain bulutangkis handal. Bukan pilihan yang mudah memang. Tapi ia selalu percaya dengan jalan yang ia pilih.


“Ketika saya memutuskan berhenti sekolah, 
Itu beban berat buat saya.



Di usia 12 tahun, Lilyana Natsir meninggalkan bangku sekolah demi menekuni bulutangkis. Ia merantau ke Kota Jakarta untuk mewujudkan mimpinya itu. Atas dorongan keluarganya, ia bergabung dengan Club Tangkas Alfamart Jakarta. Bukan hal mudah bagi seorang anak 12 tahun harus merantau ke pulau lain seorang diri tanpa keluarga yang hadir di setiap saat. Tak jarang ia menangis karna rasa kangen yang memuncak pada kedua orng tuanya. Bahkan, ia pernah menolak kembali ke Jakarta saat pulang ke Manado. Tapi, berkat bujukan ibunya, ia kembali memantapkan hati, meneruskan perjuangan yang telah ia rintis. Prestasinya memuncak, diawali dari Juara Asia Junior, Jawara SEA Games sampai Silver Medalist Olympic. Seiring berjalannya waktu, ia terpilih masuk pelatnas bulutangkis di Cipayung Jakarta Timur karna raihan prestasinya.

Sejarah mencatat namanya. Lilyana Natsir tercatat sebagai pebulutangkis spesialis ganda yang disegani. Ia sempat berpasangan dengan Vita Marrisa. Tapi pada akhirnya, mereka di pecah dan butet di pasangkan dengan Nova Widianto sejak tahun 2004. Ternyata pilihan pelatihnya tidak sia-sia. Buktinya pasangan ini sempat menjadi peringkat 1 dunia. Tidak lama, Nova menggantungkan raket dan Butet di pasangkan dengan Tontowi Ahmad sampai sekarang.
(kiri: Vita marrisa, kanan: Lilyana Natsir)
Bulutangkis membawa Lilyana Natsir menjelajahi dunia

Rasa kagum akan perjalanan Butet inilah yang semakin menguatkanku untuk terus menggapai mimpiku. Mimpi untuk menjadi yang terbaik di pilihanku. Sama seperti Butet yang akhirnya mewujudkan mimpinya menjadi primadona lapangan bulutangkis. Suatu saat, akan datang waktunya untuk mewujudkan mimpi kecilku ini. Menjadi taruna. Bukan hal mudah, tapi aku yakin aku bisa. Entah rintangan apa yang akan menghadang, aku yakin itu akan ku lewati. Seperti kata butet, ‘Karna hidup adalah pilihan. Jadi kita harus menerima resiko.’
[...dream is expensive]





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo-ayo jangan lupa kasih saran yaaa ;-)